Jumat, 04 Januari 2013

It's hard to believe

Kadang ga semua yang ada di depan mata itu adalah kenyataan. Kenapa? Karena semua orang pernah, bahkan sering berbohong. Satu kebohongan akan menuntut kebohongan yang lain untuk hadir di tengah-tengah dunia ini. Semua orang bisa saja jujur, tapi ga menutup kemungkinan untuk mereka berbohong. Bahkan ketika bangun pagi pun kita harus pandai membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana mimpi mana realita.

Bukan, gw bukan mau bahas kebohongan. Gw juga ga lagi berpaku pada kebohongan seseorang. Dan gw (mudah-mudahan) sedang tidak berbohong. Kebohongan bukan hal utama yang lagi diomongin di sini, so yang lagi bohong, selow aja #skip

Proses membedakan mimpi dan realita sungguh sulit. Karna pada awalnya pun kita sudah ditawarkan 2 dunia yang berbeda. Yap.. nyata dan semu. Sesungguhnya tanpa kebohongan pun dua dunia itu tak mudah dibedakan. Apalagi kebohongan memang mengiringi langkah kita. Bukan hanya kita yang berbohong, tapi sekitar kita. Tapi, apa lantas kita tidak bisa percaya pada dunia ini?

Membedakan keduanya. Kembalilah ke awal, ingat garis startmu dan ingat kembali tujuanmu, maka saat itu kamu akan menemukan panduanmu. Dengan berpegang, kita bisa bedain mana kenyataan mana kesemuan. Mana realita, mana mimpi.

Ada hal ketiga yang bernama "harapan". Semua orang berhak punya harapan. Tapi terkadang, ada bagian di dalam harapan yang perlu diwaspadai. Karna harapan memang bisa membuat mimpi menjadi realita, tapi harapan juga dapat mengaburkan realita dan merealitakan mimpi.

Setelah berhasil membedakannya, apa artinya selesai sampai di sana? Mungkin sebagian orang iya, tapi sebagian orang tidak. Dan mungkin, yang "tidak" sedang merasakan sindrom tidak percaya. Tembok itu begitu besar. Bagaimana tidak.. Setelah berhasil membelah laut dua warna kita dipaksa melewati tembok itu. Kadang, kenyataan yang kita temui sangat sulit untuk dipercayai. Lalu bagaimana? Hmm.. Jawabannya... Kembalilah ke awal, ingat garis startmu dan ingat kembali tujuanmu, dan saat kamu menemukan kembali panduanmu kamu akan menemukan kepercayaanmu kembali bersamanya.

Yeaaay... berhasil sampai di tahap ini. Aku membedakan mimpi dan realita. Aku bisa mempercayai bahwa "pahit" itu adalah kenyataan. Tapi saat percaya pada kepahitan itu, kaki seakan gentar untuk terus melangkah. Terlalu layu untuk menopang semuanya. Dan ternyata terlalu takut menghadapinya. Padahal, sudah membedakan dan sudah mempercayai. Kembalilah ke awal, ingat garis startmu dan ingat kembali tujuanmu, ingat bagaimana kamu mendapatkan panduan dan kepercayaan itu, maka hatimu akan mengangkatmu lebih tinggi.

Sudah membedakan. Sudah percaya. Sudah menghadapi. Sudahkah ini selesai?

Akankah ini akan benar-benar selesai? Kurasa tidak. Bahkan setelah menghadapinya, kita bisa kembali ke titik awal dimana kita tertipu di antara realita dan mimpi. bahkan ketika mengulangnya lagi dengan sedikit improvisasi kita bisa kembali ke titik awal dimana realita dan mimpi membutakan kita.

Sakit memang, kadang pun tak mampu.

Tapi ingat semua prosesnya aku bersyukur. Aku dibentuk.

-Nite-

2 komentar: