Sabtu, 18 Juni 2016

Can't or won't? BOTH.

Ada yang tau kah gw sedang dalam masa-masa apa? (krik. krik. krik.)
Ya apapun spekulasi yang keluar, jawabannya simpel: masa liburan~ Yaaay.

Liburan kali ini seperti liburan yang lalu-lalu, sangat tidak libur. Hahaha. Untungnya, setiap kegiatan yang mengharuskan gw masuk dalam kategori sibuk itu masih dapat dinikmati dan masih diselimuti hawa-hawa sukacita. Salah satu kegiatan wajib gw selama libur adalah STREAMING. Hehehe, don't judge me guys. tapi gw akuin streaming serial supernatural dengan the winchester sebagai tokoh utamanya emang jadi mood booster buat gw. So, let me tell you something about supernatural.

Apa yang membuat gw suka banget sama supernatural?

The winchester. Mereka yang bikin gw tergila-gila sama supernatural. Pertama, muka mereka berdua ga ketolong gantengnya (wkwk, this one is my ladies instinct). Kedua, genrenya horror thriller yang menarik (bukan semacam hantu keramas, gali kubur, atau apapun yang kaya gitu-_-). Ketiga, the winchester ganteng (again. wkwk). But, seriously..... There's something inside the characters that make them look so perfect in their imperfection.

Oke, serius. Alesan sebenernya gw sangat menyukai serial ini adalah karakter sam dan dean winchster di serial ini sangat meaningful buat gw. Kedua karakter ini ada dalam ikatan abang ade di keluarga pemburu hantu lengkap dengan masa lalu dan masa depan penuh hantu dan misteri. Tapi yang membuat gw sangat mengidolakan mereka adalah kesadaran kedua karater ini bahwa mereka tidak bisa dan tidak mau meninggalkan satu sama lain. Dalam 7 season yang udah gw tonton, berkali-kali mereka ada dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk memilih berpisah atau bersama (lengkap dengan konsekuensi yang mengerikan). Akan tetapi, ternyata dalam setiap kesempatan itu mereka tidak pernah memilih untuk berpisah. Sekalipun mereka bilang ingin berpisah, nyatanya mereka tidak pernah benar-benar terpisah.

Memilih untuk tetap bersama bukanlah hal yang mudah. Mereka berjuang. Mereka berusaha menjaga satu sama lain. Berkali-kali mereka saling mengecewakan, namun akhirnya mereka memaafkan karena mereka tahu bahwa setiap tindakan yang mengecewakan itu pasti dilandasi oleh pemikiran untuk saling melindungi dan menolong. Mereka tahu bahwa saat mereka berpisah, mereka hanya sedang menyiksa satu dengan yang lain dan melemahkan satu sama lain. Dan akhirnya mereka selalu kembali bersama karena mereka percaya...
"Saat mereka bersama, di saat itulah mereka berada di titik yang paling kuat."
Kadang waktu liat mereka, gw malah iri. Haha, bodoh ya.. Padahal mereka tokoh fiktif, tapi gw iri. Kapan punya sodara kaya mereka? Wkwk.. Brother should be like them.

By the way, in another case, i feel that i can imagine how they "love" each other in their way.
Hem.. saat mereka disuruh pisah, mereka sempet ditanya, "kalian gabisa atau gamau?" dan mereka jawab "dua-duanya".

Berikut penutup postingan malam ini.

Bermusim telah lewat,
Malam berganti siang
Siang pun berganti malam
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Hujan badai mengamuk
Panas terik membakar
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Akar dan batang tetap satu
Batang dan ranting tetap satu
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Dan kita bukanlah daun
Kita bukan ranting
Kita bukan pohon
Tapi..

Kalian jatuh, aku ikut terluka
Kalian sedih, aku ikut menangis
Kalian remuk, aku ikut hancur
Kalian patah, aku pun terbelah

Sulit melihat menembus tembok
Sukar menyentuh yang tak ingin disentuh
Mungkin ini waktunya berhenti
Mungkin saatnya tidak peduli

Andaikan iya. Andaikan benar-benar iya.
Apakah aku tidak bisa?
Ataukah aku tidak mau?
Dua-duanya.

Karena bagiku diam adalah siksaan.
Karena bagiku penolakan pahit kurasakan
Karena bagiku sakit saat dilupakan.
Tapi kuterima, jika itu proses pemulihan.

Kembalilah.
Kembalilah.
Kembalilah.
Kembalilah.

Kutunggu. 
Sampai habis waktuku.
Kutunggu.
Kalian sahabatku, selalu sahabatku, selamanya sahabatku.