Senin, 10 Oktober 2016

Kepada Siapa?

Memang kasih tidak mengharap balas. Tidak pernah menyesal telah mengasihi. Tapi, tetap butuh seseorang, tapi siapa?

Sapulidi payung bulat?
Mereka sedang punya strugglenya masing-masing.. Bahkan pani belum bisa bantu mereka.

Warteng?
Yang mereka kenal cuma Fany yang sok kuat, sok asik, dan nyusahin.

Abang-abang galak tapi baik?
Mereka baik, tapi se"ade"-"ade"nya, Fany tetep bukan siapa-siapa. Ga bisa berharap mereka melakukan sesuatu.

Temen-temen seperjuangan?
Bahkan ga tau mereka udah dimana dan kaya apa.

Temen kampus?
Hem. Mereka ga kenal Fany.

Tiga manusia ajaib?
Mereka... Punya tanggung jawab di tempat lain yang lebih penting.

Berjuang sendiri lelah. Tapi lebih lelah ga bisa nangis dan ga bisa luapin emosi. Cuma bisa ekspresi senyum sama kosong. Butuh nangis. Butuh banget nangis.

Andai ini perpisahan, pada siapa disampaikan?

Kata orang, kalo mau pergi gausah bilang-bilang... Biar ga dibilang cuma cari perhatian atau ngemis belas kasihan.. Pergi, tinggal pergi dan menghilang..

Tetap tidak menyesal telah mengasihi mereka. Setidaknya blog ini bukti, bahwa mereka orang-orang yang pernah aku perjuangkan.

Jumat, 30 September 2016

The Answer = The Next Question

Masih inget postingan sebelumnya? Hehehe

Buat yang ga inget, pani ingetin yes!

Jadi, postingan sebelumnya itu tentang pergumulan, menikah atau tidak dan buka hati atau tidak.

Inilah jawabannya... Wkwkwk



Sekarang nih, udah masuk semster 5 dan udah mau UTS malahan. Haha. Jawabannya sih udah lama ada, tapi ga dipost aja.


Untuk jawaban menikah atau tidak, sejauh ini jawabannya iya. Nah, sebelum nikah kan biasanya ada pacaran ya. Nah, sebelum pacaran kan berarti ada keputusan untuk membuka hati yang tertutup kan ya. Nah (lagi), pertanyaannya apakah hati itu akan dibuka di semester 5 ataukah tidak? Huwaa.. aneh banget rasanya ngetik ginian masa-_-


Iya.

Semester 5 ini hati terbuka. Terbuka bagi siapapun yang berniat mengisinya. Bukan berarti semua akan berlanjut menjadi pasangan. Bukan berarti jual mahal juga. Hanya saja, ingin hubungan ke depan sesuai dengan kehendak Tuhan.



Sebenernya beberapa kali Firman sudah konfirmasi, dan yang paling mengkonfirmasi adalah Yosua 3. Waktu itu, kira-kira doanya seperti ini: "Tuhan, apa ini waktunya? Sekarang banget nih? nanti kalo .. gimana? Kalo ... gimana? (dan kekhawatiran2 yang banyak itu semua jadi pertanyaan)". Lalu dijawablah melalui Yosua 3 yang intinya: "Melangkahlah dalam iman! Ambil langkah pertama!". Saat itu, masih ragu. Bukan sama jawaban Tuhan, tapi sama diri sendiri. wkwk..


Sejauh ini, hati ini masih belum terisi penuh. Hati dan pikiran ini masih terfokus kepada banyak orang, bukan individu tertentu secara khusus. Akan tetapi....


(ciye, fany... ciye..)


Aku sedang menggumulkan seseorang. Ya sejauh ini belum digumulkan rutin sih. Termasuk belum mendoakan tentang hubungan dengan sungguh-sungguh. Tapi, rasanya dia memang berbeda. Bukan sempurna. Banyak cacatnya, sama kaya pani. Tapi, ada beberapa hal yang membuat dia terlihat lebih dari yang lain.


Tapi, sejauh ini sih sedang merasa dijauhkan. Wkwk. Sedang berdoa untuk tetap setia sekalipun jawabannya adalah tidak untuk orang itu. (buat yang baca, bantu doain yak! hehe)



So, the answer is yes, and the next question is... who?


Yowes, sekian dulu postingannya ya, Happy saturday~

Rabu, 20 Juli 2016

(Tidak) Menikah

Menikah.



Waw. Greget.

Manikah secara KBBI artinya:
"Melakukan nikah"  Yak, kalo yang ini saya juga tau-_- hahaha..
Nikah dalam KBBI:
"Ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama"
Nah, pertama.. baca baik-baik gengs, menikah harus dilakukan sesuai ketentuan hukum dan agama. bukan hukum atau agama. hehe...

Hmm.. Okay, sekarang masuk ke topik gw. Sejujurnya ini berjauhan dengan aturan hukum dan agama sih. Ini mungkin postingan untuk menjawab kenapa gw ga pacaran sampe sekarang. (selain karna emang ga laku, wkwk - ngga deng, canda)

Gini, pacaran adalah proses menuju pernikahan. Yap! Gw salah satu orang yang memegang pemahaman itu. Bukan berarti gw maunya sekali pacaran untuk selamanya, harus terima pacar pertama sampe mati nanti. Ya ga gitu juga sih-_- Tapi, pacaran tetep bukan hal yang main-main menurut gw. Ada proses pembelajaran dan pendewasaan dalam pacaran. Itu berarti pacaran membutuhkan porsi yang besar untuk didoakan dan digumulkan bersama. Nah, mengingat pacaran adalah hal yang penting menuju pernikahan, maka pertanyaannya, "saya menikah atau tidak?" *jengjengjeng*

Sejujurnya, gw mendoakan untuk tidak menikah. Hal ini didoakan berkaitan dengan beberapa hal pribadi. Mungkin salah satunya adalah gw belum siap untuk membagi kasih hanya untuk satu orang tertentu. Apalagi kalau mengingat kalau gw merasa dipanggil untuk menjadi wadah bagi banyak orang merasakan kasih (ya ga ekstrim juga sih, tapi kalau di saat-saat tertentu ada kecemburuan phak berwajib saat gw melakukan ketulusan kepada orang lain.... hem-_- ribet dah). Tapi itu sebenernya sebagian kecil sih. Kecil banget malah.

Awalnya, alasan paling kuat adalah karna sebelum umur 20, merasa memang belum butuh. Haha.. jadi sampai semester 4 memang memutuskan untuk tidak pacaran. Masalahnya, ini udah mau semester 5 *Jengjeng* wkwkwk.. Sebenernya di awal semester 4 udah mulai memutuskan untuk mendoakan kembali. Di tengah mendoakan kembali pergumulan pasangan hidup ini, gw merasa terpanggil (dengan kuat) untuk tidak menikah. Ini bukan hal mudah. Bergumul tentang hal ini sangat sulit mengingat faktornya sangat kuat dan sulit diubah. Sampai beberapa minggu lalu, gw merasa panggilannya memang untuk tidak menikah dan menerima jawaban itu adalah hal yang sulit.

Akan tetapi akhirnya jawabannya adalah... menikah. Hasilnya, gw diizinkan untuk menikah oleh Dia. Rasanya, lega. Bahkan menunggu konfirmasinya aja keringet dingin lho...

Nah, sekarang pertanyaan kedua... "Pacarannya kapan? Buka hati sekarang atau tunda dulu?"

Ini nih yang sulit. Padahal udah pernah dijawab Yosua 3 buat melangkah dengan iman, tapi belum tau harus melangkah ke arah yang mana? Buka hati atau tutup hati dulu? Haha. Sungguh, bukan gw ga normal ya-_- Masih suka laki-laki ko. Masih liat-liat cowo ganteng (walaupun itu bukan kriteria, wkwk). Tapi kalo ditanya udah buka hati apa belum, jawabannya belum. Hati ini akan tertutup sampai jawabannya jelas. Hati ini akan terbuka jika sudah diperintahkan sama Tuannya di dalam sana. Masih butuh konfirmasi yang jelas nih Tuhan..... (Nanti giliran dijawab gwnya yang ga mau terima, Haha... manusia..)

Oiya, kalo liat cara orang-orang deketin orang lain selama ini sih, gw sejujurnya lebih menghargai laki-laki yang berani ngomong dan ajak berdoa. Kalo buat kriteria khusus, gw ga punya. Soalnya belum mikirin sejauh itu dan kayanya ga sampe mikirin kriteria khusus juga.

Sekarang, masih mendoakan waktu yang tepat untuk membuka hati. Sungguh ini bukan postingan jual mahal. Ini postingan untuk menjawab orang-orang yang nanya kenapa gw ga nyari cowo-_- nyeh...

Untuk kalian yang baca postingan ini, doakan gw mendapat jawaban sebelum semester 5 dimulai yaa (8 Agustus 2016) hehehe... Makasi...

nb: Menutup hati bukan berarti berhenti menyebarkan kasih lho ya. hehe.

Good night.

Rabu, 06 Juli 2016

Kehilangan (trying to deal with it)

[ K E H I L A N G A N ]

"Proses berdamai dengan diri sendiri. Manusia cenderung defensif dengan berusaha untuk menutup sebuah kekosongan. Sebagian yang 'biasanya' di sana, hilang. Meninggalkan lubang yang besar. Lubang yang kemudian terisi dengan memori - orang sebut itu kenangan. Banyak, tapi kerap tidak tertutup. Semakin dikonsumsi semakin haus. Semakin dihindari semakin kering dan merindu. Memori yang dulu manis kemudian membawa guratan luka sampai akhirnya terasa pahit karena ada yang 'belum selesai'. beberapa saat bisa menjadi sangat sensitif. Sangat rapuh bila terusik. Namun, kehilangan hanya membutuhkan usaha untuk berdamai. Berdamai dengan diri sendiri. Sederhana, jalani hari-hari, jangan terus meratap sampai mereka yang di sini pergi hingga tiada yang tersisa lagi."

- 4 Juli 2016 -

Bukan, bukan hari ini aku mengalaminya. Bukan pula 2 hari lalu. Bukan pula beberapa bulan lalu.
Sudah lama. Dia pergi beberapa tahun lalu. Rasa kehilangan itu masih muncul. Dan entah kenapa 2 hari lalu perasaan kehilangan itu memuncak. Memang aku tidak meratap ataupun melakukan hal yang buruk. Aku hanya mengenangnya - dan itu sudah cukup buruk (dalam waktu tertentu, kenangan bisa menjadi sangat manis dan sangat perih di saat bersamaan).

Pernah mendengar lagu "Amazing Grace"?
Tahukah kamu bahwa aku akan menutup telinga bahkan kabur saat mendengarkan lagu itu beberapa waktu belakangan?
Tahukah alasan dibalik reaksiku yang buruk terhadap lagu yang sangat indah itu?

Aku Takut.

Lagu itu pernah menjadi sangat manis, teramat manis saat dimainkan dengan biola sepenuh hati dan penuh peghayatan. Setiap nada berbicara tanpa perlu dinyanyikan. Merdu dan damai serta euforia bahagia bergabung dan semuanya terasa begitu indah. Sampai kemudian pemain biola itu pergi dan tak kembali, 6 tahun lalu.

Semenjak itu, aku masih sangat menyukai lagunya, bahkan semakin mengagumi dan menghayatinya. Sampai akhirnya aku mendengarkannya dimainkan oleh banyak orang. Salah satunya memainkan lagu itu di saat-saat aku jatuh dan terpuruk. Memainkannya di saat aku sedih. Memainkannya di saat aku tidak bisa tidur karna mimpi buruk, ataupun karna sakit yang tidak kunjung mereda. Lagu itu menjadi kekuatan, sampai akhirnya aku menghancurkan segalanya. Saat itu, aku melakukan banyak kesalahan. Aku merusak banyak relasi. Dan puncaknya, terjadi saat aku hampir gila (sepertinya dalam arti sungguhan - sudah kuceritakan sebelum postingan ini). Setelah itu, lagu ini menjadi mimpi buruk. Sedikit saja dimainkan, pikiran ini tidak akan tenang, bahkan air mata mengalir tanpa aba-aba. Kau tahu kenapa? Karena aku takut merasa kehilangan. Aku takut kehilangan mereka yang ada di depan mata tanpa bisa berbuat apa-apa. Kemudian perasaan itu merambat dan membuat luka dari memori 6 tahun lalu. Kehilangan.

Namun, 2 hari lalu aku sadar. Aku meresponinya dengan cara yang salah. Aku hanya perlu berdamai dengan diriku sendiri. Menyadari bahwa dia sudah tenang di sana dan kembali ke sini (hal yang tidak mungkin) adalah kerugian yang sangat amat besar. Kemudian, seperti apapun mereka, seperti apapun relasi yang sudah rusak itu, seperti apapun sikap yang telah berubah, sekalipun lagu itu tidak akan lagi dimainkan, dia, mereka tetap sahabat yang dulu aku kasihi tanpa syarat. Sekarang, aku pun tetap mengasihi mereka tanpa syarat.

When i remember that He died for me, i never go back anymore.
When i remember that you are my best friends, i never regret anything.
Because... The Lord loves you, so do i.

Setelah beberapa waktu berfikir, tertuanglah kata-kata miring di atas. Dan kini, lagu "Amazing Grace" menjadi semakin manis dan menakjubkan. Terutama bait ini,

Amazing grace, How sweet the sound
That saved a wretch like me.
I once was lost, but now I am found,
Was blind, but now I see

Now, i see..
Semuanya sedang berjuang. Semua sedang berproses. Semua sedang berusaha menjadi lebih baik. Aku pun demikian. Yang kami butuhkan hanya saling mendukung.
Lagu ini manis, aku ingin mendengarnya lagi dan lagi.

Sabtu, 18 Juni 2016

Can't or won't? BOTH.

Ada yang tau kah gw sedang dalam masa-masa apa? (krik. krik. krik.)
Ya apapun spekulasi yang keluar, jawabannya simpel: masa liburan~ Yaaay.

Liburan kali ini seperti liburan yang lalu-lalu, sangat tidak libur. Hahaha. Untungnya, setiap kegiatan yang mengharuskan gw masuk dalam kategori sibuk itu masih dapat dinikmati dan masih diselimuti hawa-hawa sukacita. Salah satu kegiatan wajib gw selama libur adalah STREAMING. Hehehe, don't judge me guys. tapi gw akuin streaming serial supernatural dengan the winchester sebagai tokoh utamanya emang jadi mood booster buat gw. So, let me tell you something about supernatural.

Apa yang membuat gw suka banget sama supernatural?

The winchester. Mereka yang bikin gw tergila-gila sama supernatural. Pertama, muka mereka berdua ga ketolong gantengnya (wkwk, this one is my ladies instinct). Kedua, genrenya horror thriller yang menarik (bukan semacam hantu keramas, gali kubur, atau apapun yang kaya gitu-_-). Ketiga, the winchester ganteng (again. wkwk). But, seriously..... There's something inside the characters that make them look so perfect in their imperfection.

Oke, serius. Alesan sebenernya gw sangat menyukai serial ini adalah karakter sam dan dean winchster di serial ini sangat meaningful buat gw. Kedua karakter ini ada dalam ikatan abang ade di keluarga pemburu hantu lengkap dengan masa lalu dan masa depan penuh hantu dan misteri. Tapi yang membuat gw sangat mengidolakan mereka adalah kesadaran kedua karater ini bahwa mereka tidak bisa dan tidak mau meninggalkan satu sama lain. Dalam 7 season yang udah gw tonton, berkali-kali mereka ada dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk memilih berpisah atau bersama (lengkap dengan konsekuensi yang mengerikan). Akan tetapi, ternyata dalam setiap kesempatan itu mereka tidak pernah memilih untuk berpisah. Sekalipun mereka bilang ingin berpisah, nyatanya mereka tidak pernah benar-benar terpisah.

Memilih untuk tetap bersama bukanlah hal yang mudah. Mereka berjuang. Mereka berusaha menjaga satu sama lain. Berkali-kali mereka saling mengecewakan, namun akhirnya mereka memaafkan karena mereka tahu bahwa setiap tindakan yang mengecewakan itu pasti dilandasi oleh pemikiran untuk saling melindungi dan menolong. Mereka tahu bahwa saat mereka berpisah, mereka hanya sedang menyiksa satu dengan yang lain dan melemahkan satu sama lain. Dan akhirnya mereka selalu kembali bersama karena mereka percaya...
"Saat mereka bersama, di saat itulah mereka berada di titik yang paling kuat."
Kadang waktu liat mereka, gw malah iri. Haha, bodoh ya.. Padahal mereka tokoh fiktif, tapi gw iri. Kapan punya sodara kaya mereka? Wkwk.. Brother should be like them.

By the way, in another case, i feel that i can imagine how they "love" each other in their way.
Hem.. saat mereka disuruh pisah, mereka sempet ditanya, "kalian gabisa atau gamau?" dan mereka jawab "dua-duanya".

Berikut penutup postingan malam ini.

Bermusim telah lewat,
Malam berganti siang
Siang pun berganti malam
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Hujan badai mengamuk
Panas terik membakar
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Akar dan batang tetap satu
Batang dan ranting tetap satu
Satu persatu daun berguguran

Bermusim telah lewat
Dan kita bukanlah daun
Kita bukan ranting
Kita bukan pohon
Tapi..

Kalian jatuh, aku ikut terluka
Kalian sedih, aku ikut menangis
Kalian remuk, aku ikut hancur
Kalian patah, aku pun terbelah

Sulit melihat menembus tembok
Sukar menyentuh yang tak ingin disentuh
Mungkin ini waktunya berhenti
Mungkin saatnya tidak peduli

Andaikan iya. Andaikan benar-benar iya.
Apakah aku tidak bisa?
Ataukah aku tidak mau?
Dua-duanya.

Karena bagiku diam adalah siksaan.
Karena bagiku penolakan pahit kurasakan
Karena bagiku sakit saat dilupakan.
Tapi kuterima, jika itu proses pemulihan.

Kembalilah.
Kembalilah.
Kembalilah.
Kembalilah.

Kutunggu. 
Sampai habis waktuku.
Kutunggu.
Kalian sahabatku, selalu sahabatku, selamanya sahabatku.

Rabu, 18 Mei 2016

Setelah begitu banyak yang berlalu

Banyak hal yang udah terjadi selama gw ga nulis postingan. Sanking banyaknya sampe bingung mau ngetik apa dah...
Masa-masa zombie udah lewat. Gw bahkan sekarang udah mau selesai UAS (btw, doain statistik infer gw ya, wkwk). Belakangan ini disibukkan dngan tugas-tugas eksperimen, metode kualitatif, MOW, dan lain sebagainya. Hem, tetep sih, ga lupa sama hal-hal yang di hati (?)

Mau curhat.. Ya kenapa di blog fan? Karena gw lebih jujur saat nulis/ngetik dibandingin ngomong lagsung. I'm a faking good girl yang malas bermasalah dan mau semuanya gapapa aja. So, sampe sekarang gw mamilih untuk menutupi semuanya dengan senyum. Sekian basa-basinya, haha. (Maaf ya yang baca, postingan ini bukan postingan bijak, ini hanya sampah-sampah yang perlu dibuang, kadi kalo ga kuat mending close aja ._.v)

Pertama, gw masih berusaha untuk mempertahankan relasi yang sebenernya gw bahkan ga yakin masih bersisa atau engga. Sudah lelah dengan kata-kata yang muluk-muluk tentang setia, tentang perjuangan, tentang usaha. Kata-kata itu ga penting lagi sih karena intinya gw akan ada saat kalian butuh. Jadi jangan sungkan-sungkan buat hubungin gw kapan pun ya (kalo kalian baca postingan ini-_-)

Oh iya, belum lama ini menyadari bahwa rasanya semakin dijauhkan. Semakin tidak mengenal dan miskin informasi tentang banyak orang. Entahlah, mungkin ini jawaban. Semacam pengutusan untuk menyerah atau pengutusan untuk lebih berusaha. Belum pasti.

Kedua, aku akan segera berpisah sama akk tercinta. Oh my me.. Kita belom lama lho ya. Ngeselin kamu! Nanti kalo aku kangen gimana? Haduh, aku udah cukup lelah menahan kangen-_- hefff... Tapi, aku seneng sih sebenernya. Semua ada jalan dan waktunya masing-masing. Semangat ya kamu.. Tenanglah, sapulidi selalu di hati ko *ngomong depan kaca, dalem hati, buat diri sendiri* wkwkwk..

Ketiga... Gw ngantuk, sambung kapan-kapan yah..
Bhay~

Rabu, 16 Maret 2016

I'm going crazy - gila secara harafiah

Salah satu kerugian - atau malah keuntungan - calon psikolog adalah mereka tahu tanda-tanda bahwa mereka akan benar-benar gila.

Sejak hari minggu malam tanggal 13 Maret 2016 sepertinya gw mengalami serangan depresi ringan. Otak ngeblank ibarat komputer yang tiba-tiba di-shutdown, tapi error. [semacam hidup segan mati ga bisa]. Ga bisa dibilang kejadian itu terjadi gitu aja (Semacam there will always fire behind a smoke). Abis baca sesuatu, trus ngebayangin sesuatu, trus semuanya berubah (nahlo apaan tuh-_-). Kan gila kan gw-_-

Oke. serius dikit.

Sejak minggu malem itu akhirnya gw ga bisa komunikasi sama siapapun. Siapapun yang dimaksud di sini bener-bener siapapun bahkan orang tua gw sendiri. Gw cuma bicara di dalem otak dan ngeluarin respon-respon minim supaya mereka yakin aja kalo gw masih idup.

Tau ga? sejak gw baca itu, setiap gw liat orang yang kenal sama gw, gw kebayang dia akan marah dan dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan ke orang lain. Bayangan itu nyata di otak gw dan mata gw saat itu. Orang-orang pinter bilangnya itu halusinasi. Saat itu juga gw tau kalo ada yang ga beres sama diri gw sendiri. Gw tau harusnya gw bisa lawan. Itu hal yang biasa. Siapa sih yang ga pernah berhalusinasi (apalagi imajinasi). Tapi keadaan saat itu berkata lain. Gw masih syok, takut, dan yang paling parah gw ga bisa apa-apa. Gw berjuang beberapa bulan dan sepertinya kemarin gw kaget. Ya cuma kaget. Tapi gw hampir benar-benar gila.

Mulai saat itu orang bilang gw kaya zombie. Tau zombie kan? Kalo ga tau coba cek google. Cari kriterianya. Kalo ketemu, nah itu gw beberapa hari ini (pastinya kecuali bagian makan otak dan kanibalisme lainnya-_-). Gw ngediemin semua orang yang bahkan ga tau apa-apa. Kata orang kerjaan gw bengong. Padahal mah kaga. Gw mikir. Tapi gw ga tau gw mikirin apa (yaksip-_-).

Gw takut. Gw takut liat orang lain.Sadar ko gw kalo itu halusinasi, tapi gw takut halusinasi itu jadi kenyataan. Halusinasi itu ganggu dan gw belom punya tenaga buat ngelawan. Gw takut banget kehilangan beberapa orang dan tanpa gw sadari gw mulai kehilangan orang-orang lainnya. Gw mulai ngerasa ga layak jadi psikolog dan ga tau lagi buat apa kuliah. Gw ga belajar padahal gw lagi UTS. Gw ga tau ngisi apa waktu UTS statistik infer. Gw hampir sampe di tahap gw bener-bener gila.

Yang gw alamin sampe kemarin:
1. Gw kaget dan syok
2. Gw berhalusinasi
3. Gw ga sanggup komunikasi sama orang lain
4. Gw ga belajar dan ga tau ngerjain apa waktu UTS
5. Gw ngeringkuk di kamar dan entah kenapa nangis ga jelas
6. Gw ga berani ngeliat muka orang secara langsung
7. Gw mulai sadar kalo gw kehilangan fungsi sosial gw dan tenggelam dalam halusinasi gw dan gw ketakutan setengah mati sampe gw akhirnya ngechat temen gw.

Makasi buat Sapulidi, Gita, Webe, dan Tulang Monang yang udah buat gw bisa mikir sedikit rasional.
Makasi buat abang-abang warteng yang bikin halusinasinya berkurang.
Maaf buat kalian yang gw kacangin, sungguh gw bukan marah atau benci, gw takut. Takut banget.

Akhirnya kemarin gw mulai bisa ngobrol dan bisa senyumin orang. Mulai bisa ketawa walaupun dengan paksaan dan energi yang besar. Udah bisa mikir kayanya gw bakal ngulang statistik inferensial karna gw kayanya ga ngerjain apa-apa pas UTS. Semoga gw bisa berusaha ngelawan kebodohan gw sendiri ini.

Deeply inside, gw masih takut banget kalo akhirnya gw akan membuat lebih banyak orang lagi trauma, sakit, sial, dsb. Kata orang ini usaha menyalahkan diri sendiri. Tapi, sungguh, gw takut.

nb: Gw harus bertahan di psikologi atau gw mending nyari jurusan lain? Ada keinginan buat jualan aja drpada kuliah.

Aku pernah membagi hatiku (bukan posting cinta-cintaan)

Aku pernah menyimpan relung hati ini terbatas untuk aku, mama, dan papa. Hati ini begitu eksklusif dan posesif terhadap mereka. Ketakutan terbesarku adalah kehilangan mereka. Tidak pernah aku meninggalkan mereka walau hanya sehari saja. Hal itu kulakukan karna yang kutahu hanya aku yang mereka punya. Berlagak seperti superhero jagoan papa yang setia lindungin mama. Saat itu, meninggalkan mereka beberapa jam saja membuat hatiku gelisah. Bukannya pengecut dan ga berani tidur sendiri, bukannya takut dan ga berani nginep di tempat lain, tapi sekali lagi, yang kutahu hanya aku yang mereka punya. Kemudian, aku sadar dunia tidak sesempit itu. Aku mulai membuka mata dan melihat banyak orang yang membuatku kagum. Tulang monang salah satunya. Ya kemudian beberapa orang mulai datang dan pergi. Aku berteman dengan siapa saja dan memeperhatikan siapapun dengan tulus. Namun duniaku tetap hanya aku yang tahu. Aku menerima siapa saja untuk meninggalkan bekas di hidupku. Akan tetapi, hanya mama dan papa yang memenangkan hati ini secara telak. Ya, hanya mereka, hanbun dan teddy bearku.

Kemudian sampai ke babak hidup yang baru. Masa-masa ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku merasakan cinta dari Dia. Hem, ga main-main. Cara pandang berubah. Kini, kasih tidak seeksklusif dulu. Aku percaya setiap orang punya setitik kebaikan di dalam hatinya seburuk apapun dia di tampak luarnya. Maka, aku rasa cinta yang besar itu harus dibagikan pada semua orang. Yup. Semua orang. Terlebih mereka.


Mau tidak mau. Aku membagi hatiku lagi. Dengan lebih spesifik mereka bertiga (oh man, kenapa semua kisah kembali berlabuh ke tempat ini?). Singkat, sungguh cerita ini sangat singkat jadinya. Kalau aku menceritakan semuanya, mungkin jari-jari ini yang akhirnya menyerah. Tapi lupakan. Ini inti postingannya. Aku membagi hatiku kepada mereka. Namun akhirnya beberapa dari mereka pergi. Ya mereka pergi. Entah benar-benar pergi atau tidak, tapi mereka pergi. Sekarang hatiku tinggal setengah. Sepertinya aku telah kehilangan satu orang secara utuh dan sekarang masih menunggu satu lagi untuk pulih. Sedangkan yang satu lagi, dia sepertinya baik. Ya, setidaknya keadaannya sedikit lebih baik dari yang lain.

Aku pernah membagi hatiku dan kini sebagian telah hampa. Menunggu mereka kembali pulang.

God, oh i know You're in there. Please, i beg You. Bring them back.

Jumat, 11 Maret 2016

Takut

Takut.
Kini banyak hal berubah menjadi bayang.
Perasaan yang dulu menggebu mendadak hilang.
Mereka satu per satu pergi dan tak kunjung pulang.

Mampukah aku tetap menjadi rumah?
Mampukah aku menunggu tanpa keluh kesah?
Mampukah aku memstikan ini bukan tidakan yang salah?

Sampai saatnya tiba dan aku sadar aku terlalu takut.

Takut menjalin relasi baru
Takut terhisap kenyamanan semu
Takut hanya jadi sandungan batu
Bagi mereka yang berniat membantu

Aku ingin mengurung diri
Cukup atasi semua sendiri
Sampai nanti tiba waktunya pergi
dan rumah itu bukan diriku lagi

Tapi, ada sedikit api yang tak mau mati
Jauh di dalam hati ini aku merindu setengah mati
Terhadap mereka yang sangat kukasihi
Temanku menangis tertawa dan terus berbagi
Sebelum semua berubah menjadi ironi

Ini rindu, ini gelora yang membuncah
Ini rindu, ini perih dari luka yang selalu basah

Bukan lukaku, tapi luka mereka..
Yang nampaknya tak bisa kusembuhkan selamanya...






Teman, kemarin aku baru saja ikut Persekutuan Jumat di Smansa. Temanya, fellowship. Tahukah kalian? Sesaat setelah aku memandangi mereka, wajah-wajah yang penuh ekspresi itu, adik-adik kelas kita itu... aku ingat kalian.. Bagaimana dulu kita menjalin relasi tanpa memikirkan banyak hal lain.. Bagaimana dulu Tuhan menyatukan kita dalam wadah itu. Aku rindu.

"kasih bukan lagi kasih ketika menuntut"

aku mengasihi kalian. Sekarang dan selamanya. Sekalipun kalian tidak lagi mengasihiku. Sampai akhir hidup ini - yang mungkin ga lama lagi - aku mendoakan kalian. Cepat pulih :)

Jumat, 01 Januari 2016

Surat untuk Neptunus

Dear Neptunus,

Neptunus, apa kabar? Apa kabar laut? Apa kabar ketenangannya? Apa kabar angin dan ombak-ombak kecilnya?

Neptunus, aku mau cerita. Sebuah cerita kecil yang masih melekat dalam ingatan sampai sekarang. Begini ceritanya..

Neptunus, dulu aku bersekolah di SMA negeri yang diinginkan banyak orang, sedangkan aku sendiri biasa saja. Sampai akhirnya aku terjebak dalam sebuah organisasi. Ya, terjebak dan terjerat. Bukan dalam artian yang negatif, justru sebaliknya. Aku ditangkap dan dibawa dalam babak kehidupan yang baru. Senior-senior itu, teman-teman itu, menghanyutkanku dalam bayang-bayang keluarga. Mereka memberiku kesempatan untuk merasa nyaman. Hangat. Emak, nenek minyo, and everyone else make this whole story. But, this is the masterpiece.

Perkenalkan Neptunus, mereka adalah dua orang yang pertama kali berhasil membuatku merasa memiliki "seseorang". Yah, semoga kau mengerti maksudku. Salah satu dari mereka berambut lurus, sedangkan yang lain lurus dengan sedikit (sangat sedikit) gelombang. Mereka berdua berkacamata, sama denganku. Kami senang bernyanyi, kami senang datang persekutuan. Kami ikut eskul yang sama. Kami ngobrol dan membicarakan hal yang seirama. Kami sama dengan orang-orang lain, tertawa, membicarakan hal yang entah kenapa menjadi penting, dan mendoakan orang lain. Oh oh!! aku ingat saat kami membicarakan kuku kaki kembar siam bertiga. Haha sampai kami membayangkan bagaimana cara kami memakai baju jika hal itu benar-benar terjadi. Aku juga ingat saat salah satu dari mereka menjatuhkan indomiku, dan dia marah (harusnya aku kan ya yang marah-_-) wkwk. Aku juga ingat saat mereka mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikanku kotak dengan berbagai wish. Neptunus, benda itu masih kusimpan dengan rapih di lemariku, sampai sekarang. Aku juga ingat spot galau kami di lantai 2 sekolah menghadap perairan. Hem, how sweet that moment. Hey sungguh, aku tidak menangis neptunus, tidak.

Kami menghabiskan banyak waktu bertiga sampai (coba tebak!) seseorang menambah komplotan kami. Neptunus, komplotan baru kami laki-laki lho! Senior kami, satu tahun di atas kami. Seiring dengan waktu yag berputar, kami semakin sering bersama. Saat istirahat, pulang sekolah, jam-jam kosong. Singkong kukus gula manis. Kami memikirkan hal yang sama, kami membicarakan hal yang sama, kami sependapat, kami beruaha memecahkan masalah, kami berdoa bersama untuk hal yang sama. Saat itu, aku merasa punya kaka laki-laki. Aku ingat saat dia rela menunggu kami dan memastikan kami dapat pulang ke rumah sebelum ia pulang. Aku ingat saat dia tahu kalau-kalau ada yang tidak beres terjadi pada salah satu dari kami bertiga. Saat itu, ia akan sibuk menanyakan dua orang yang lain. Aku juga ingat saat aku dalam keadaan tidak sehat, ia rela menyusulku ke rumah. Ya dia bersedia. Aku juga ingat saat dia masuk rumah sakit, entah... aku sedih.. hanya saja saat itu semuanya sudah berubah. Dia mulai menjauh. Di sisi lain dia sudah dimiliki oleh orang lain. Kami tidak berhak meminta lebih. Hanya saja, kami kehilangan kakak kami, dan kami mencoba mengerti sekalipun ga bisa bohong, kami kangen. Neptunus, sampaikan kangen ini kepadanya ya... we always happy for his happiness. we just miss him. Hussh, Neptunus, jangan meledek. Aku tidak menangis.

Setelah itu, tentu kami kembali bertiga. Namun, sepertinya kami masih ditambah beberapa komplotan. Di satu titik aku merasa banyak orang silih berganti diselipkan di antara kami. Hei Neptunus, tentu saja mereka memberi warna terhadap persahabatan kami. Salah satu dari mereka ada yang sifatnya sangat jahil dan sangat susah diam. Dia tipe laki-laki bawel yang selalu merasa ganteng. Haha. Satu lagi orang yang sangat sayang sama pacarnya (sampai sekarang), cukup care dan sempat merasa tidak mampu menjadi pemimpin. Padahal dia sudah memimpin dengan baik. Yang lain pendiam dan susah ditebak. Namun di satu titik kami sempat merasa dekat dengannya. Ya, hanya di satu titik. Mereka silih berganti mengisi ruang di antara kami sampai akhirnya badai itu datang. Neptunus, kamu tinggal di laut kan? Tahu kan tentang badai? Badai itu, menyeramkan.... menakutkan..... Neptunus, dalam badai itu kami diuji, tetap bersatu bertiga atau berpisah seolah tidak pernah dekat satu sama lain. Fanatik. Ya, hal itu cukup membekas. Rupanya hal itu berhasil memecah kami. Demi mereka yang menganggap kami terlalu fanatik karena selalu bertiga (yang sampai sekarang tidak aku temukan korelasinya), demi kebaikan orang lain, kami memutuskan untuk tidak bertiga.

Tapi badai pasti berlalu, Neptunus. Tenang saja. Setelah berhari-hari mimpi buruk terlewati, kami mencoba bersatu kembali. Sekalipun mungkin tidak seutuhnya sama, tapi kami mencoba bersatu kembali dan aku merasakannya. Kemudian..... satu orang lagi melengkapi kami, Neptunus. Dia laki-laki tinggi yang juga berkacamata. Saat itu mungkin dia juga mulai merasa terjebak. Awalnya mungkin terikat tanggung jawab pemusik pengurus, sampai tanggung jawab seorang teman. Dia sukses masuk ke dalam lingkaran kami yang awalnya bertiga. Kami pun bersyukur atas kehadirannya. Kami mulai berbagi banyak hal berempat. Jatuh bangun pelayanan dan persahabatan. Tahukah kau Neptunus, masih erat di ingatanku saat kami melingkarkan tangan kami dan berdoa bersama di depan lab fisika, ditengah kegundahan dan kesulitan yang waktu itu kami alami. Tahukah Neptunus, kami juga pernah menonton bersama. refrain. Yup, ingatan yang masih segar. Rasa-rasanya hal itu baru saja berlalu beberapa hari yang lalu. Sampai akhirnya, aku ingat kami kembali ada dalam keadaan sulit. Ya, saat itu aku ada dalam beberapa kenyataan. Pertama, aku masih menyimpan perasaan sedih saat dulu kami bertiga memutuskan untuk berpisah demi menjaga perasaan orang lain. Kedua, aku sangat ingin melindungi teman-teman perempuanku dan tidak ingin kehilangan mereka. Ketiga, sadar tidak sadar aku menyembunyikan banyak hal dari mereka dan meceritakannya kepada laki-laki yang kuanggap (saat itu) lebih mampu menangani bahaya. Keempat, ikatan itu semakin tidak seimbang karna akhirnya aku menyeret laki-laki ini terlalu dalam. Namun saat aku bisa menjelaskannya kepada mereka (dua perempuan berkacamata) aku merasa mereka berusaha mengerti. Sepertinya saat itu kami mengusahakan dan mempertahankan persahabatan ini. Neptunus, persahabatan itu sangat hangat. Tawa mereka, canda mereka, pergumulan mereka, tangis mereka, keluh kesah mereka, cerita mereka, dan mereka menjadi kekuatan yang sangat besar. Berharga. Neptunus, percayalah... aku TIDAK MENANGIS.

Penyesalanku Neptunus, ya penyesalanku. Menyeret seseorang terlalu dalam dan membuatnya berada dalam trauma. Membagi cerita yang tidak seimbang sampai mungkin mereka merasa outgroup. Melibatkan mereka dalam situasi yang berbahaya. Menyulitkan mereka di masa-masaku yang sangat lemah. Menggaggu jam tidur mereka dan mengganggu waktu-waktu belajar mereka di sekolah. Membuat mereka terjerumus dalam masalah yang mungkin jauh dari bayangan mereka. Membuat mereka harus berurusan dengan orang-orang menyeramkan dan membuat mereka terkurung dalam rasa takut. Harusnya dari dulu, kuselesaikan ini sendiri. Neptunus, harusnya mereka tidak perlu merasakan hal-hal mengerikan itu. Harusnya mereka mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan, dan sepertinya, aku bukanlah orang yang tepat. Neptunus, sampaikan maafku kepada mereka.

Mengenal mereka adalah sebuah keuntungan yang sangat besar bagiku, Neptunus. Aku rindu saat dimana kami benar-benar ada satu sama lain. Aku rindu saat aku bisa menjadi diriku yang sangat bawel, berisik, annoying, ga jelas, dan mereka menerimaku apa adanya. Aku rindu chat-chat ga penting dan bincang-bincang singkat yang kami lakukan dulu. Aku kangen menelepon mereka untuk hal-hal konyol dan sepele. Aku berusaha menyodorkan telingaku, tanganku, tenagaku untuk memperbaiki semuanya. Aku berusaha memberikan hatiku satu-satunya kepada mereka. Neptunus, aku berusaha...... membantu laki-laki berkacamata itu untuk kembali merasakan kasih, namun spertinya aku bukanlah orang yang tepat karena aku menyebabkan dia kehilangan kasih dan terjebak dalam mimpi buruk. aku berusaha, menjawab pertanyaan perempuan berambut lurus itu dan menanyakan kabarnya, namun sekali lagi aku bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaannya, bahkan beberapa saat aku tidak berhasil menghubunginya. Aku juga berusaha untuk menggapai perempun kacamata berambut tidak benar-benar lurus, namun sekali lagi usahaku tidaklah cukup, aku masih lalai. Neptunus, aku merindukan mereka. Hati ini, raga ini, siap untuk diperintah, siap untuk membantu, kapan saja mereka membutuhkanku. Hanya ini yang kupunya. Namun, seiring waktu berjalan, diam membunuhku perlahan. Setiap malam mimpi buruk membayang. Sampai beberapa hari lalu aku masih sanggup melawannya. Sampai beberapa hari lalu aku masih percaya bahwa apa yang dipersatukan oleh Allah tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Lalu seketika aku berfikir, bagaimana jika memang Tuhan inginkan relasi ini untuk berakhir. Neptunus, rasanya hancur. Tapi aku tidak boleh egois. Mereka layak mendapatkan sahabat yang membuat mereka bertumbuh. Mereka harus menemukannya. Neptunus, aku ingin bertemu laut. Aku ingin angin membawa kesediahan ini. Aku ingin berada di dalam air, agar tidak seorang pun melihat bulir-bulir air di wajah ini. Tidak Neptunus, aku tidak menangis......... Biar mereka melihatku yang selalu tersenyum.

Aku tidak menangis. Ini dosaku yang pertama tahun ini.
Aku kuat dan sudah merelakan mereka melupakanku sepenuhnya. Ini dosaku berikutnya
Aku sangat membenci mereka, tidak pernah dan tidak akan mengharapkan mereka untuk kembali, dan tidak akan memikirkan mereka lagi. Ini dosaku yang sangat besar.

Neptunus, terima kasih telah mendengarkan ceritaku. Pesanku, jangan berbohong karna itu sangat sangat menyakitkan.