Senin, 06 April 2020

Tugas yang Tak Pernah Usai

Seperti matahari di waktu malam, tidak, ia tidak musnah. Ia tetap di sana, hanya saja tak terlihat dan menunggu waktu untuk kembali datang. Sama seperti ikan di dasar laut, ia pun di sana, menunggu waktu yang tepat untuk naik ke permukaan sekalipun selama ini kehadirannya tak terjangau jarak pandang. Ya, seperti itulah luka masa lalu.

Ini bukan tentang memori manis yang ditinggalkan orang tersayang

Ini tentang luka dari trauma masa lalu yang sangat ingin ditinggalkan namun kerap kali datang

Sudah berusaha meninggalkan tempat itu, dunia itu, lingkungan itu, dan berakhir dikejar-kejar oleh masa lalu. Sekali waktu ada saja yang datang menghampiri dan membuka luka lama sambil berusaha menorehkan trauma baru. Mengejutkan bagaimana hidup mampu bermain begitu halus sampai aku sendiri kehabisan kata-kata. Sudah pernah bercerita, melapor, dan sebagainya. Responnya? Ditertawakan. Iya, haha katanya. Seakan aku seorang paranoid yang ketakutan hanya karna kehujanan pesan singkat mengancam, karna ya tentu tidak bisa melampirkan bukti lain. Ingin rasanya minta tolong kepada orang lain lagi. Tapi tetap saja, takut rasanya melibatkan banyak orang. Enggan menarik kerabat yang sekarang untuk membantuku menghadapi masa lalu itu, tahukah kenapa? Karena sebagian besar mereka menganggapku berbohong hanya karna tidak pernah menyaksikannya secara langsung. Bukan salah mereka. Memang kesannya mengada-ada karna aku sendiri pun membatasinya. Aku sudah berusaha keras meninggalkan semuanya. Memutus seluruh kontaknya. Karena seorang kerabat terdahulu pernah menyimpan luka karna terlibat terlalu lama. Sungguh, yang kuinginkan hanya terlepas dari semua drama itu dan berdamai dengan diriku.

Bagimana orang lain bisa menerima diriku seutuhnya jika aku oun masih berusaha berdamai dengan diri sendiri?

Perdamaian ini seperti tugas yang tak pernah usai. Tolonglah, jangan datang lagi, jangan muncul lagi. Biar aku bisa melanjutkan hidupku dengan damai. Tanpa dihantui masa lalu.

Tugas ini, tugas yang tak pernah usai. Lelah. Mulai sekarang ingin kuhadapi dengan benar. Biarlah berakhir apa yang seharusnya sudah lama berakhir. Semoga tiba harinya, saat aku bisa mengawali hari baru tanpa terjerat masa lalu.

Senin, 16 September 2019

Trust Issue

Dihancurkan tanpa dipulihkan

Kata-kata itu begitu kuat, terpikir dan terus terulang di kepala ini. Ya, selayaknya kaset rusak yang menyakitkan gendang telinga. Seperti derit besi yang beradu dengan lantai marmer. Nyaring dan mneyakitkan untuk waktu yang lama.

Kata mereka, keterbukaan adalah pintu pemulihan.

Alih-alih mendapati pengobatan, malah terluka lebih dalam. Seperti dia yang tidak tahu apa-apa, mendaftarkan diri ke pengobatan alternatif. Menunggu untuk waktu yang lama dan berdesakan dengan banyak orang yang tentu saja terasa tidak nyaman. Tidak suka, tapi demi kesembuhan tetap dicoba. Keraguan yang besar disertai rasa bingung, seribu kali mempertanyakan tindakannya. Sebersit putus asa. Maunya pasrah saja, tapi rasanya tetap tidak benar.

Betul saja, ekspektasi sedikit, rusak harapan seluruhnya

Tidak, sama sekali tidak boros dalam berharap. Bukan individu penghayal yang mendambakan si kaya bagi si miskin. Bahkan, bukan fangirl yang berharap bisa bertemu dengan idolanya. Malah mungkin SEHARUSNYA; bagiku - sekali lagi, bagiku - Sepele. Hanya didengar. Cukup.

Kupikir, ah memang lidah tak bertulang

Sepertinya aku memberi pisau pada orang yang salah. Mungkin saja dia tidak mengetahui fungsinya, tetapi sembarang menggunakannya. Bahaya. Satu goresan tidak disengaja mungkin biasa saja. Tapi sekian tusukan? Beda cerita.

Belum, ini belum akhir cerita. Tapi entah bagaimana.... terbuka bukan jawabannya. Atau hanya aku yang memilih jalan yang tidak seharusnya.

Senin, 16 Juli 2018

Hello 2018

Well, this is a bit late "hello" for 2018, right?
But, i think it's okay as long as 2018 is not going anywhere yet. haha. ha.

Pertama, saya mau nanya.. setelah ada line dan instagram (dua sosial media yang sedang merajai lingkungan saya), masih ada ga sih orang-orang yang nulis postingan di blog kaya gini. Saya sendiri lama ga posting karna lagi CLBK celebek cinta lama bersemi kembali sama buku harian. So, i write it all in my bestie, my beloved diary. I talk to my best listener partner ever too, my hugable teddy bear eltan-alfa-opal. But now, i kinda miss to post something to my blog, and here i'm typing some words without any writing guidelines. wkwkwk

Hm, mungkin mau sedikit curhat kali ya. jadi beberapa bulan ini bukan masa yang mudah. Gatau tuh batu-batu besar dan kecil dateng dari mana aja, tapi banyak dan ga abis-abis. hehe. Beberapa bulan ini, gw bangun pagi, duduk di kasur, dan pergi meninggalkan sebagian nyawa di kasur. Jalanin hari sebelum malem dengan pasang senyum kemana-mana, trus siap-siap degdegan kalo udah menjelang malem. But, now i'm fine! Yaaaay. Satu masalah udah selesai. Setengah beban keangkat dan kesapu bersih. Mantabs.

Sekarang, gw sedang dalam masa bersyukur banyak-banyak dan sedang berusaha menyusun kembali kehidupan yang sejahtera. Mulai bisa baca novel (selama ini bisanya beli doang karna gatau kenapa ga mood baca). Mulai suka gambar-gambar lagi. Mulai pengen ikut-ikut kegiatan lagi. Ya sejauh ini semua berjalan ke arah positif lah.

Oh iya, mau share aja nih. Gw belakangan lagi doyan liatin orang menghias, membuat, dan menggunakan planner. Sepertinya menyenangkan dan sepertinya gw akan melakukan pemborosan. Wkwkwk, but that's okay. If i can do some fun, spending some money is not spending anymore, but it gonna be investing. *jastifikasi diri*

So maybe, i'll do some journaling things now. Bye, see you next post!

Senin, 10 Oktober 2016

Kepada Siapa?

Memang kasih tidak mengharap balas. Tidak pernah menyesal telah mengasihi. Tapi, tetap butuh seseorang, tapi siapa?

Sapulidi payung bulat?
Mereka sedang punya strugglenya masing-masing.. Bahkan pani belum bisa bantu mereka.

Warteng?
Yang mereka kenal cuma Fany yang sok kuat, sok asik, dan nyusahin.

Abang-abang galak tapi baik?
Mereka baik, tapi se"ade"-"ade"nya, Fany tetep bukan siapa-siapa. Ga bisa berharap mereka melakukan sesuatu.

Temen-temen seperjuangan?
Bahkan ga tau mereka udah dimana dan kaya apa.

Temen kampus?
Hem. Mereka ga kenal Fany.

Tiga manusia ajaib?
Mereka... Punya tanggung jawab di tempat lain yang lebih penting.

Berjuang sendiri lelah. Tapi lebih lelah ga bisa nangis dan ga bisa luapin emosi. Cuma bisa ekspresi senyum sama kosong. Butuh nangis. Butuh banget nangis.

Andai ini perpisahan, pada siapa disampaikan?

Kata orang, kalo mau pergi gausah bilang-bilang... Biar ga dibilang cuma cari perhatian atau ngemis belas kasihan.. Pergi, tinggal pergi dan menghilang..

Tetap tidak menyesal telah mengasihi mereka. Setidaknya blog ini bukti, bahwa mereka orang-orang yang pernah aku perjuangkan.

Jumat, 30 September 2016

The Answer = The Next Question

Masih inget postingan sebelumnya? Hehehe

Buat yang ga inget, pani ingetin yes!

Jadi, postingan sebelumnya itu tentang pergumulan, menikah atau tidak dan buka hati atau tidak.

Inilah jawabannya... Wkwkwk



Sekarang nih, udah masuk semster 5 dan udah mau UTS malahan. Haha. Jawabannya sih udah lama ada, tapi ga dipost aja.


Untuk jawaban menikah atau tidak, sejauh ini jawabannya iya. Nah, sebelum nikah kan biasanya ada pacaran ya. Nah, sebelum pacaran kan berarti ada keputusan untuk membuka hati yang tertutup kan ya. Nah (lagi), pertanyaannya apakah hati itu akan dibuka di semester 5 ataukah tidak? Huwaa.. aneh banget rasanya ngetik ginian masa-_-


Iya.

Semester 5 ini hati terbuka. Terbuka bagi siapapun yang berniat mengisinya. Bukan berarti semua akan berlanjut menjadi pasangan. Bukan berarti jual mahal juga. Hanya saja, ingin hubungan ke depan sesuai dengan kehendak Tuhan.



Sebenernya beberapa kali Firman sudah konfirmasi, dan yang paling mengkonfirmasi adalah Yosua 3. Waktu itu, kira-kira doanya seperti ini: "Tuhan, apa ini waktunya? Sekarang banget nih? nanti kalo .. gimana? Kalo ... gimana? (dan kekhawatiran2 yang banyak itu semua jadi pertanyaan)". Lalu dijawablah melalui Yosua 3 yang intinya: "Melangkahlah dalam iman! Ambil langkah pertama!". Saat itu, masih ragu. Bukan sama jawaban Tuhan, tapi sama diri sendiri. wkwk..


Sejauh ini, hati ini masih belum terisi penuh. Hati dan pikiran ini masih terfokus kepada banyak orang, bukan individu tertentu secara khusus. Akan tetapi....


(ciye, fany... ciye..)


Aku sedang menggumulkan seseorang. Ya sejauh ini belum digumulkan rutin sih. Termasuk belum mendoakan tentang hubungan dengan sungguh-sungguh. Tapi, rasanya dia memang berbeda. Bukan sempurna. Banyak cacatnya, sama kaya pani. Tapi, ada beberapa hal yang membuat dia terlihat lebih dari yang lain.


Tapi, sejauh ini sih sedang merasa dijauhkan. Wkwk. Sedang berdoa untuk tetap setia sekalipun jawabannya adalah tidak untuk orang itu. (buat yang baca, bantu doain yak! hehe)



So, the answer is yes, and the next question is... who?


Yowes, sekian dulu postingannya ya, Happy saturday~

Rabu, 20 Juli 2016

(Tidak) Menikah

Menikah.



Waw. Greget.

Manikah secara KBBI artinya:
"Melakukan nikah"  Yak, kalo yang ini saya juga tau-_- hahaha..
Nikah dalam KBBI:
"Ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama"
Nah, pertama.. baca baik-baik gengs, menikah harus dilakukan sesuai ketentuan hukum dan agama. bukan hukum atau agama. hehe...

Hmm.. Okay, sekarang masuk ke topik gw. Sejujurnya ini berjauhan dengan aturan hukum dan agama sih. Ini mungkin postingan untuk menjawab kenapa gw ga pacaran sampe sekarang. (selain karna emang ga laku, wkwk - ngga deng, canda)

Gini, pacaran adalah proses menuju pernikahan. Yap! Gw salah satu orang yang memegang pemahaman itu. Bukan berarti gw maunya sekali pacaran untuk selamanya, harus terima pacar pertama sampe mati nanti. Ya ga gitu juga sih-_- Tapi, pacaran tetep bukan hal yang main-main menurut gw. Ada proses pembelajaran dan pendewasaan dalam pacaran. Itu berarti pacaran membutuhkan porsi yang besar untuk didoakan dan digumulkan bersama. Nah, mengingat pacaran adalah hal yang penting menuju pernikahan, maka pertanyaannya, "saya menikah atau tidak?" *jengjengjeng*

Sejujurnya, gw mendoakan untuk tidak menikah. Hal ini didoakan berkaitan dengan beberapa hal pribadi. Mungkin salah satunya adalah gw belum siap untuk membagi kasih hanya untuk satu orang tertentu. Apalagi kalau mengingat kalau gw merasa dipanggil untuk menjadi wadah bagi banyak orang merasakan kasih (ya ga ekstrim juga sih, tapi kalau di saat-saat tertentu ada kecemburuan phak berwajib saat gw melakukan ketulusan kepada orang lain.... hem-_- ribet dah). Tapi itu sebenernya sebagian kecil sih. Kecil banget malah.

Awalnya, alasan paling kuat adalah karna sebelum umur 20, merasa memang belum butuh. Haha.. jadi sampai semester 4 memang memutuskan untuk tidak pacaran. Masalahnya, ini udah mau semester 5 *Jengjeng* wkwkwk.. Sebenernya di awal semester 4 udah mulai memutuskan untuk mendoakan kembali. Di tengah mendoakan kembali pergumulan pasangan hidup ini, gw merasa terpanggil (dengan kuat) untuk tidak menikah. Ini bukan hal mudah. Bergumul tentang hal ini sangat sulit mengingat faktornya sangat kuat dan sulit diubah. Sampai beberapa minggu lalu, gw merasa panggilannya memang untuk tidak menikah dan menerima jawaban itu adalah hal yang sulit.

Akan tetapi akhirnya jawabannya adalah... menikah. Hasilnya, gw diizinkan untuk menikah oleh Dia. Rasanya, lega. Bahkan menunggu konfirmasinya aja keringet dingin lho...

Nah, sekarang pertanyaan kedua... "Pacarannya kapan? Buka hati sekarang atau tunda dulu?"

Ini nih yang sulit. Padahal udah pernah dijawab Yosua 3 buat melangkah dengan iman, tapi belum tau harus melangkah ke arah yang mana? Buka hati atau tutup hati dulu? Haha. Sungguh, bukan gw ga normal ya-_- Masih suka laki-laki ko. Masih liat-liat cowo ganteng (walaupun itu bukan kriteria, wkwk). Tapi kalo ditanya udah buka hati apa belum, jawabannya belum. Hati ini akan tertutup sampai jawabannya jelas. Hati ini akan terbuka jika sudah diperintahkan sama Tuannya di dalam sana. Masih butuh konfirmasi yang jelas nih Tuhan..... (Nanti giliran dijawab gwnya yang ga mau terima, Haha... manusia..)

Oiya, kalo liat cara orang-orang deketin orang lain selama ini sih, gw sejujurnya lebih menghargai laki-laki yang berani ngomong dan ajak berdoa. Kalo buat kriteria khusus, gw ga punya. Soalnya belum mikirin sejauh itu dan kayanya ga sampe mikirin kriteria khusus juga.

Sekarang, masih mendoakan waktu yang tepat untuk membuka hati. Sungguh ini bukan postingan jual mahal. Ini postingan untuk menjawab orang-orang yang nanya kenapa gw ga nyari cowo-_- nyeh...

Untuk kalian yang baca postingan ini, doakan gw mendapat jawaban sebelum semester 5 dimulai yaa (8 Agustus 2016) hehehe... Makasi...

nb: Menutup hati bukan berarti berhenti menyebarkan kasih lho ya. hehe.

Good night.

Rabu, 06 Juli 2016

Kehilangan (trying to deal with it)

[ K E H I L A N G A N ]

"Proses berdamai dengan diri sendiri. Manusia cenderung defensif dengan berusaha untuk menutup sebuah kekosongan. Sebagian yang 'biasanya' di sana, hilang. Meninggalkan lubang yang besar. Lubang yang kemudian terisi dengan memori - orang sebut itu kenangan. Banyak, tapi kerap tidak tertutup. Semakin dikonsumsi semakin haus. Semakin dihindari semakin kering dan merindu. Memori yang dulu manis kemudian membawa guratan luka sampai akhirnya terasa pahit karena ada yang 'belum selesai'. beberapa saat bisa menjadi sangat sensitif. Sangat rapuh bila terusik. Namun, kehilangan hanya membutuhkan usaha untuk berdamai. Berdamai dengan diri sendiri. Sederhana, jalani hari-hari, jangan terus meratap sampai mereka yang di sini pergi hingga tiada yang tersisa lagi."

- 4 Juli 2016 -

Bukan, bukan hari ini aku mengalaminya. Bukan pula 2 hari lalu. Bukan pula beberapa bulan lalu.
Sudah lama. Dia pergi beberapa tahun lalu. Rasa kehilangan itu masih muncul. Dan entah kenapa 2 hari lalu perasaan kehilangan itu memuncak. Memang aku tidak meratap ataupun melakukan hal yang buruk. Aku hanya mengenangnya - dan itu sudah cukup buruk (dalam waktu tertentu, kenangan bisa menjadi sangat manis dan sangat perih di saat bersamaan).

Pernah mendengar lagu "Amazing Grace"?
Tahukah kamu bahwa aku akan menutup telinga bahkan kabur saat mendengarkan lagu itu beberapa waktu belakangan?
Tahukah alasan dibalik reaksiku yang buruk terhadap lagu yang sangat indah itu?

Aku Takut.

Lagu itu pernah menjadi sangat manis, teramat manis saat dimainkan dengan biola sepenuh hati dan penuh peghayatan. Setiap nada berbicara tanpa perlu dinyanyikan. Merdu dan damai serta euforia bahagia bergabung dan semuanya terasa begitu indah. Sampai kemudian pemain biola itu pergi dan tak kembali, 6 tahun lalu.

Semenjak itu, aku masih sangat menyukai lagunya, bahkan semakin mengagumi dan menghayatinya. Sampai akhirnya aku mendengarkannya dimainkan oleh banyak orang. Salah satunya memainkan lagu itu di saat-saat aku jatuh dan terpuruk. Memainkannya di saat aku sedih. Memainkannya di saat aku tidak bisa tidur karna mimpi buruk, ataupun karna sakit yang tidak kunjung mereda. Lagu itu menjadi kekuatan, sampai akhirnya aku menghancurkan segalanya. Saat itu, aku melakukan banyak kesalahan. Aku merusak banyak relasi. Dan puncaknya, terjadi saat aku hampir gila (sepertinya dalam arti sungguhan - sudah kuceritakan sebelum postingan ini). Setelah itu, lagu ini menjadi mimpi buruk. Sedikit saja dimainkan, pikiran ini tidak akan tenang, bahkan air mata mengalir tanpa aba-aba. Kau tahu kenapa? Karena aku takut merasa kehilangan. Aku takut kehilangan mereka yang ada di depan mata tanpa bisa berbuat apa-apa. Kemudian perasaan itu merambat dan membuat luka dari memori 6 tahun lalu. Kehilangan.

Namun, 2 hari lalu aku sadar. Aku meresponinya dengan cara yang salah. Aku hanya perlu berdamai dengan diriku sendiri. Menyadari bahwa dia sudah tenang di sana dan kembali ke sini (hal yang tidak mungkin) adalah kerugian yang sangat amat besar. Kemudian, seperti apapun mereka, seperti apapun relasi yang sudah rusak itu, seperti apapun sikap yang telah berubah, sekalipun lagu itu tidak akan lagi dimainkan, dia, mereka tetap sahabat yang dulu aku kasihi tanpa syarat. Sekarang, aku pun tetap mengasihi mereka tanpa syarat.

When i remember that He died for me, i never go back anymore.
When i remember that you are my best friends, i never regret anything.
Because... The Lord loves you, so do i.

Setelah beberapa waktu berfikir, tertuanglah kata-kata miring di atas. Dan kini, lagu "Amazing Grace" menjadi semakin manis dan menakjubkan. Terutama bait ini,

Amazing grace, How sweet the sound
That saved a wretch like me.
I once was lost, but now I am found,
Was blind, but now I see

Now, i see..
Semuanya sedang berjuang. Semua sedang berproses. Semua sedang berusaha menjadi lebih baik. Aku pun demikian. Yang kami butuhkan hanya saling mendukung.
Lagu ini manis, aku ingin mendengarnya lagi dan lagi.