Hari ini hanya ingin menulis kata-kata. Bukan, ini bukan puisi... hanya..
Hari ini aku duduk di teras. Mengharapkan hujan akan turun, membawa semua perasaan aneh ini. Berharap angin akan berhembus menghilangkan kepenatan. Tapi yang ada, aku kembali membayangkan masa lalu. Mengingat masa-masa saat dulu aku menangis di pelukan hangat... seorang ibu. Mengingat betapa erat pelukan itu. Mengingat aku merasa aman dan hanya ingin berada di sana selamanya. Saat itu, aku berjanji, itu adalah isakan terakhir. Hari cengeng terakhir. Mulai saat itu, aku hanya meneteskan air mata. Tak akan pernah ada isakan berlebihan, apalagi teriakan. Seseorang mengatakan aku terlalu dewasa saat itu. Bukan, aku bukan dewasa. Aku hanya... Mencoba menjadi anak tunggal yang baik.
Kemudian, angin berhembus.. aku mengingat papa yang marah karena saat itu aku menangis. Papa bilang "Anak papa ga ada yang cengeng. Papa benci orang yang suka nangis." Aku berhenti menagis. Aku masih mau jadi anak papa. Aku menghapus air mata dan tersenyum. Saat itu aku berfikir papa dan mama akan ikut tersenyum. Ya... Mereka tersenyum. Senyum terindah yang pernah kulihat. Tak perlu sebuah kamera SLR untuk mengabadikannya. Senyum itu, bahkan setelah bertahun-tahun, masih kuingat dengan baik. Menjadi semangat yang terus hadir saat aku mulai jenuh.
Kufikir, sehabis angin berhembus, hujan akan turun.. Tapi aku malah mengingat saat-saat aku beranjak remaja. Saat aku mengenal sebuah persahabatan. Sangaaaat indah. Setiap hari, ada tawa, ada ceria, ada jahil, ada kesal, ada senyum, ada persahabatan. Sampai pada saatnya, persahabatan itu terlihat semu. Aku terlihat semakin kekanak-kanakan. Waktu yang bergulir, menyadarkanku bahwa aku hanya manusia tersisa. Tempat sampah yang bisa dipakai kapan saja. Sungguh, menjadi tempat sampah tidak buruk. walaupun semua itu semu. Tapi ada satu, sahabat terbaik, yang sampai saat ini selalu ada. Setidaknya, aku menemukan seseorang yang masih menganggapku ada.
Angin berhembus lagi dan ingatanku melayang lagi. Melayang ke sebuah hari dimana aku melangkah menemui sahabat baru dan... keluarga baru. Tentu sahabat baikku tetap ada, sahabatku bertambah, bukan tergantikan. Hatiku terpaut di sana. Di tempat yang tidak pernah kuduga. Belajar. Belajar menghargai, mengasihi, peduli. Sungguh, satu tahun sangat tidak terasa. Kurang... Aku ingin lebih... Sesuatu membuatku mengasihi mereka. Sesuatu membuatku ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Sesuatu membuatku ingin berada di sana... selamanya. Banyak kesalahan yang kulakukan, yang mungkin tidak terlihat. Aku takut ini semu.. Aku takut menjadi orang terakhir lagi. Aku takut kehilangan semua yang berharga. Sudah cukup sebagian dari mereka pergi. Membayangkan akan ada perpisahan lagi, sedih. Sadarlah, kalian itu berharga. Bukan, ini bukan sekedar kata-kata. kalian keluargaku. Kalian akan tetap menjadi keluargaku, bahkan jika kalian tidak berfikiran sama sekalipun.
Aku hanya ingin minta maaf. Aku takut, tak ada waktu untuk mengatakan maaf. Maaf....
Bagaimanapun, waktu akan terus berjalan. Kupercaya, Tuhan tau segalanya. Tuhan berikan yang terbaik :)
Sekalipun akan ada perpisahan, akan ada tangisan, senyumku akan turut hadir di sana...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar