"Terlalu banyak korban, aku butuh lebih banyak tumbuhan obat."seru Iona.
"Baik, akan segera kucari. Kumohon, selamatkan pangeran Chamer... dan yang lain." kata Eclipta dengan mata memerah.
"Aku berjaga di sini, mendampingi Iona. Eclipta... hati-hati." kata Yacelyn pelan.
Eclipta mengangguk pelan dan segera berlari mencari tanaman obat. Di saat yang bersamaan Sachiel terbangun. Ia mengusap bahunya yang sedikit terluka dengan muka yang tampak bingung sambil memandang sekeliling.
"Hei, pertarungannya sudah selesai? Kenapa sepi sekali?" tanya Sachiel polos.
"Bodoh, sudah bagus kalian mengalahkan mage itu." tukas Yacelyn.
"Seharusnya aku yang berkata begitu. ckckck.. Iona, tak adakah makanan yang bisa kumakan. Perutku mulai lapaar~" keluh Sachiel.
"Hah, kau ini. Tunggu di sana, akan kuambilkan" kata Iona seraya mengambil makanan.
"Yacelyn, beritahu aku siapa yang mengalahkan mage itu!" kata Sachiel bersemangat.
"Yah, aku tidak tau pasti, tapi sepertinya panahmu berhasil menembus jantungnya."
"Yipiiiie~" teriak Sachiel sambil melompat. Yacelyn memukul kepala Sachiel karna kesal tamannya tak bisa diam. Sachiel pun meminta maaf saat menyadari suaranya dapat mengganggu temannya yang masih belum sadar.
Tiba-tiba pangeran Chamer meringis kesakitan. Sekujur tubuhnya bergetar hebat dan lukanya mengalami pendarahan. Yacelyn yang panik berlari memanggil Iona. Sachiel yang merasa bersalah mencoba membersihkan luka pangeran Chamer. Untungnya, Iona cepat datang dan meracik obat yang tersisa. Melumuri luka pangeran dan membuat pangeran Chamer meneguk paksa obat racikan Iona. Untungnya hal itu berhasil membuat tubuh pangeran stabil perlahan.
Tapi ketenangan itu tidak berlangsung lama. Tubuh Rein dan Thomp seperti berasap. Tubuh mereka pun bergetar dan ada pembengkakan di beberapa bagian. Iona berfikir keras mencoba mencari cara meracik obat tambahan ketika Eclipta datang. Yacelyn dan Sachiel diminta untuk membuat ramuan obat sementara Iona menyembuhkan Pangeran Chamer. Eclipta bersiaga, waspada bilamana musuh kembali menyerang. Saat itu semua sibuk. Sangat sibuk sampai tidak menyadari sepasang mata mengawasi mereka.
"Indah, benar-benar indah. Persahabatan kalian yang sudah diban/gun dari lahir memang tidak lagi diragukan. Tapi... apakah setelah ini kalian akan tetap bersahabat?"
Sosok misterius itu mengamati.
Bersambung~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar