Salah satu kerugian - atau malah keuntungan - calon psikolog adalah mereka tahu tanda-tanda bahwa mereka akan benar-benar gila.
Sejak hari minggu malam tanggal 13 Maret 2016 sepertinya gw mengalami serangan depresi ringan. Otak ngeblank ibarat komputer yang tiba-tiba di-shutdown, tapi error. [semacam hidup segan mati ga bisa]. Ga bisa dibilang kejadian itu terjadi gitu aja (Semacam there will always fire behind a smoke). Abis baca sesuatu, trus ngebayangin sesuatu, trus semuanya berubah (nahlo apaan tuh-_-). Kan gila kan gw-_-
Oke. serius dikit.
Sejak minggu malem itu akhirnya gw ga bisa komunikasi sama siapapun. Siapapun yang dimaksud di sini bener-bener siapapun bahkan orang tua gw sendiri. Gw cuma bicara di dalem otak dan ngeluarin respon-respon minim supaya mereka yakin aja kalo gw masih idup.
Tau ga? sejak gw baca itu, setiap gw liat orang yang kenal sama gw, gw kebayang dia akan marah dan dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan ke orang lain. Bayangan itu nyata di otak gw dan mata gw saat itu. Orang-orang pinter bilangnya itu halusinasi. Saat itu juga gw tau kalo ada yang ga beres sama diri gw sendiri. Gw tau harusnya gw bisa lawan. Itu hal yang biasa. Siapa sih yang ga pernah berhalusinasi (apalagi imajinasi). Tapi keadaan saat itu berkata lain. Gw masih syok, takut, dan yang paling parah gw ga bisa apa-apa. Gw berjuang beberapa bulan dan sepertinya kemarin gw kaget. Ya cuma kaget. Tapi gw hampir benar-benar gila.
Mulai saat itu orang bilang gw kaya zombie. Tau zombie kan? Kalo ga tau coba cek google. Cari kriterianya. Kalo ketemu, nah itu gw beberapa hari ini (pastinya kecuali bagian makan otak dan kanibalisme lainnya-_-). Gw ngediemin semua orang yang bahkan ga tau apa-apa. Kata orang kerjaan gw bengong. Padahal mah kaga. Gw mikir. Tapi gw ga tau gw mikirin apa (yaksip-_-).
Gw takut. Gw takut liat orang lain.Sadar ko gw kalo itu halusinasi, tapi gw takut halusinasi itu jadi kenyataan. Halusinasi itu ganggu dan gw belom punya tenaga buat ngelawan. Gw takut banget kehilangan beberapa orang dan tanpa gw sadari gw mulai kehilangan orang-orang lainnya. Gw mulai ngerasa ga layak jadi psikolog dan ga tau lagi buat apa kuliah. Gw ga belajar padahal gw lagi UTS. Gw ga tau ngisi apa waktu UTS statistik infer. Gw hampir sampe di tahap gw bener-bener gila.
Yang gw alamin sampe kemarin:
1. Gw kaget dan syok
2. Gw berhalusinasi
3. Gw ga sanggup komunikasi sama orang lain
4. Gw ga belajar dan ga tau ngerjain apa waktu UTS
5. Gw ngeringkuk di kamar dan entah kenapa nangis ga jelas
6. Gw ga berani ngeliat muka orang secara langsung
7. Gw mulai sadar kalo gw kehilangan fungsi sosial gw dan tenggelam dalam halusinasi gw dan gw ketakutan setengah mati sampe gw akhirnya ngechat temen gw.
Makasi buat Sapulidi, Gita, Webe, dan Tulang Monang yang udah buat gw bisa mikir sedikit rasional.
Makasi buat abang-abang warteng yang bikin halusinasinya berkurang.
Maaf buat kalian yang gw kacangin, sungguh gw bukan marah atau benci, gw takut. Takut banget.
Akhirnya kemarin gw mulai bisa ngobrol dan bisa senyumin orang. Mulai bisa ketawa walaupun dengan paksaan dan energi yang besar. Udah bisa mikir kayanya gw bakal ngulang statistik inferensial karna gw kayanya ga ngerjain apa-apa pas UTS. Semoga gw bisa berusaha ngelawan kebodohan gw sendiri ini.
Deeply inside, gw masih takut banget kalo akhirnya gw akan membuat lebih banyak orang lagi trauma, sakit, sial, dsb. Kata orang ini usaha menyalahkan diri sendiri. Tapi, sungguh, gw takut.
nb: Gw harus bertahan di psikologi atau gw mending nyari jurusan lain? Ada keinginan buat jualan aja drpada kuliah.
Rabu, 16 Maret 2016
Aku pernah membagi hatiku (bukan posting cinta-cintaan)
Aku pernah menyimpan relung hati ini terbatas untuk aku, mama, dan papa. Hati ini begitu eksklusif dan posesif terhadap mereka. Ketakutan terbesarku adalah kehilangan mereka. Tidak pernah aku meninggalkan mereka walau hanya sehari saja. Hal itu kulakukan karna yang kutahu hanya aku yang mereka punya. Berlagak seperti superhero jagoan papa yang setia lindungin mama. Saat itu, meninggalkan mereka beberapa jam saja membuat hatiku gelisah. Bukannya pengecut dan ga berani tidur sendiri, bukannya takut dan ga berani nginep di tempat lain, tapi sekali lagi, yang kutahu hanya aku yang mereka punya. Kemudian, aku sadar dunia tidak sesempit itu. Aku mulai membuka mata dan melihat banyak orang yang membuatku kagum. Tulang monang salah satunya. Ya kemudian beberapa orang mulai datang dan pergi. Aku berteman dengan siapa saja dan memeperhatikan siapapun dengan tulus. Namun duniaku tetap hanya aku yang tahu. Aku menerima siapa saja untuk meninggalkan bekas di hidupku. Akan tetapi, hanya mama dan papa yang memenangkan hati ini secara telak. Ya, hanya mereka, hanbun dan teddy bearku.
Kemudian sampai ke babak hidup yang baru. Masa-masa ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku merasakan cinta dari Dia. Hem, ga main-main. Cara pandang berubah. Kini, kasih tidak seeksklusif dulu. Aku percaya setiap orang punya setitik kebaikan di dalam hatinya seburuk apapun dia di tampak luarnya. Maka, aku rasa cinta yang besar itu harus dibagikan pada semua orang. Yup. Semua orang. Terlebih mereka.
Mau tidak mau. Aku membagi hatiku lagi. Dengan lebih spesifik mereka bertiga (oh man, kenapa semua kisah kembali berlabuh ke tempat ini?). Singkat, sungguh cerita ini sangat singkat jadinya. Kalau aku menceritakan semuanya, mungkin jari-jari ini yang akhirnya menyerah. Tapi lupakan. Ini inti postingannya. Aku membagi hatiku kepada mereka. Namun akhirnya beberapa dari mereka pergi. Ya mereka pergi. Entah benar-benar pergi atau tidak, tapi mereka pergi. Sekarang hatiku tinggal setengah. Sepertinya aku telah kehilangan satu orang secara utuh dan sekarang masih menunggu satu lagi untuk pulih. Sedangkan yang satu lagi, dia sepertinya baik. Ya, setidaknya keadaannya sedikit lebih baik dari yang lain.
Aku pernah membagi hatiku dan kini sebagian telah hampa. Menunggu mereka kembali pulang.
God, oh i know You're in there. Please, i beg You. Bring them back.
Kemudian sampai ke babak hidup yang baru. Masa-masa ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku merasakan cinta dari Dia. Hem, ga main-main. Cara pandang berubah. Kini, kasih tidak seeksklusif dulu. Aku percaya setiap orang punya setitik kebaikan di dalam hatinya seburuk apapun dia di tampak luarnya. Maka, aku rasa cinta yang besar itu harus dibagikan pada semua orang. Yup. Semua orang. Terlebih mereka.
Mau tidak mau. Aku membagi hatiku lagi. Dengan lebih spesifik mereka bertiga (oh man, kenapa semua kisah kembali berlabuh ke tempat ini?). Singkat, sungguh cerita ini sangat singkat jadinya. Kalau aku menceritakan semuanya, mungkin jari-jari ini yang akhirnya menyerah. Tapi lupakan. Ini inti postingannya. Aku membagi hatiku kepada mereka. Namun akhirnya beberapa dari mereka pergi. Ya mereka pergi. Entah benar-benar pergi atau tidak, tapi mereka pergi. Sekarang hatiku tinggal setengah. Sepertinya aku telah kehilangan satu orang secara utuh dan sekarang masih menunggu satu lagi untuk pulih. Sedangkan yang satu lagi, dia sepertinya baik. Ya, setidaknya keadaannya sedikit lebih baik dari yang lain.
Aku pernah membagi hatiku dan kini sebagian telah hampa. Menunggu mereka kembali pulang.
God, oh i know You're in there. Please, i beg You. Bring them back.
Jumat, 11 Maret 2016
Takut
Takut.
Kini banyak hal berubah menjadi bayang.
Perasaan yang dulu menggebu mendadak hilang.
Mereka satu per satu pergi dan tak kunjung pulang.
Mampukah aku tetap menjadi rumah?
Mampukah aku menunggu tanpa keluh kesah?
Mampukah aku memstikan ini bukan tidakan yang salah?
Sampai saatnya tiba dan aku sadar aku terlalu takut.
Takut menjalin relasi baru
Takut terhisap kenyamanan semu
Takut hanya jadi sandungan batu
Bagi mereka yang berniat membantu
Aku ingin mengurung diri
Cukup atasi semua sendiri
Sampai nanti tiba waktunya pergi
dan rumah itu bukan diriku lagi
Tapi, ada sedikit api yang tak mau mati
Jauh di dalam hati ini aku merindu setengah mati
Terhadap mereka yang sangat kukasihi
Temanku menangis tertawa dan terus berbagi
Sebelum semua berubah menjadi ironi
Ini rindu, ini gelora yang membuncah
Ini rindu, ini perih dari luka yang selalu basah
Bukan lukaku, tapi luka mereka..
Yang nampaknya tak bisa kusembuhkan selamanya...
Teman, kemarin aku baru saja ikut Persekutuan Jumat di Smansa. Temanya, fellowship. Tahukah kalian? Sesaat setelah aku memandangi mereka, wajah-wajah yang penuh ekspresi itu, adik-adik kelas kita itu... aku ingat kalian.. Bagaimana dulu kita menjalin relasi tanpa memikirkan banyak hal lain.. Bagaimana dulu Tuhan menyatukan kita dalam wadah itu. Aku rindu.
"kasih bukan lagi kasih ketika menuntut"
aku mengasihi kalian. Sekarang dan selamanya. Sekalipun kalian tidak lagi mengasihiku. Sampai akhir hidup ini - yang mungkin ga lama lagi - aku mendoakan kalian. Cepat pulih :)
Kini banyak hal berubah menjadi bayang.
Perasaan yang dulu menggebu mendadak hilang.
Mereka satu per satu pergi dan tak kunjung pulang.
Mampukah aku tetap menjadi rumah?
Mampukah aku menunggu tanpa keluh kesah?
Mampukah aku memstikan ini bukan tidakan yang salah?
Sampai saatnya tiba dan aku sadar aku terlalu takut.
Takut menjalin relasi baru
Takut terhisap kenyamanan semu
Takut hanya jadi sandungan batu
Bagi mereka yang berniat membantu
Aku ingin mengurung diri
Cukup atasi semua sendiri
Sampai nanti tiba waktunya pergi
dan rumah itu bukan diriku lagi
Tapi, ada sedikit api yang tak mau mati
Jauh di dalam hati ini aku merindu setengah mati
Terhadap mereka yang sangat kukasihi
Temanku menangis tertawa dan terus berbagi
Sebelum semua berubah menjadi ironi
Ini rindu, ini gelora yang membuncah
Ini rindu, ini perih dari luka yang selalu basah
Bukan lukaku, tapi luka mereka..
Yang nampaknya tak bisa kusembuhkan selamanya...
Teman, kemarin aku baru saja ikut Persekutuan Jumat di Smansa. Temanya, fellowship. Tahukah kalian? Sesaat setelah aku memandangi mereka, wajah-wajah yang penuh ekspresi itu, adik-adik kelas kita itu... aku ingat kalian.. Bagaimana dulu kita menjalin relasi tanpa memikirkan banyak hal lain.. Bagaimana dulu Tuhan menyatukan kita dalam wadah itu. Aku rindu.
"kasih bukan lagi kasih ketika menuntut"
aku mengasihi kalian. Sekarang dan selamanya. Sekalipun kalian tidak lagi mengasihiku. Sampai akhir hidup ini - yang mungkin ga lama lagi - aku mendoakan kalian. Cepat pulih :)
Langganan:
Postingan (Atom)