Seperti matahari di waktu malam, tidak, ia tidak musnah. Ia tetap di sana, hanya saja tak terlihat dan menunggu waktu untuk kembali datang. Sama seperti ikan di dasar laut, ia pun di sana, menunggu waktu yang tepat untuk naik ke permukaan sekalipun selama ini kehadirannya tak terjangau jarak pandang. Ya, seperti itulah luka masa lalu.
Ini bukan tentang memori manis yang ditinggalkan orang tersayang
Ini tentang luka dari trauma masa lalu yang sangat ingin ditinggalkan namun kerap kali datang
Sudah berusaha meninggalkan tempat itu, dunia itu, lingkungan itu, dan berakhir dikejar-kejar oleh masa lalu. Sekali waktu ada saja yang datang menghampiri dan membuka luka lama sambil berusaha menorehkan trauma baru. Mengejutkan bagaimana hidup mampu bermain begitu halus sampai aku sendiri kehabisan kata-kata. Sudah pernah bercerita, melapor, dan sebagainya. Responnya? Ditertawakan. Iya, haha katanya. Seakan aku seorang paranoid yang ketakutan hanya karna kehujanan pesan singkat mengancam, karna ya tentu tidak bisa melampirkan bukti lain. Ingin rasanya minta tolong kepada orang lain lagi. Tapi tetap saja, takut rasanya melibatkan banyak orang. Enggan menarik kerabat yang sekarang untuk membantuku menghadapi masa lalu itu, tahukah kenapa? Karena sebagian besar mereka menganggapku berbohong hanya karna tidak pernah menyaksikannya secara langsung. Bukan salah mereka. Memang kesannya mengada-ada karna aku sendiri pun membatasinya. Aku sudah berusaha keras meninggalkan semuanya. Memutus seluruh kontaknya. Karena seorang kerabat terdahulu pernah menyimpan luka karna terlibat terlalu lama. Sungguh, yang kuinginkan hanya terlepas dari semua drama itu dan berdamai dengan diriku.
Bagimana orang lain bisa menerima diriku seutuhnya jika aku oun masih berusaha berdamai dengan diri sendiri?
Perdamaian ini seperti tugas yang tak pernah usai. Tolonglah, jangan datang lagi, jangan muncul lagi. Biar aku bisa melanjutkan hidupku dengan damai. Tanpa dihantui masa lalu.
Tugas ini, tugas yang tak pernah usai. Lelah. Mulai sekarang ingin kuhadapi dengan benar. Biarlah berakhir apa yang seharusnya sudah lama berakhir. Semoga tiba harinya, saat aku bisa mengawali hari baru tanpa terjerat masa lalu.