Belakangan ngerasa ada di lingkungan yang mungkin menurut mereka, mereka ada di atas.
Lebih tinggi ataupun lebih baik dari yang lain, hanya karna yang dilakukan lebih sukses atau terlihat lebih mulia.
Menghindar dari ladang yang satu dan mendewakan ladang yang lain.
Seperti inikah seharusnya?
Belakangan mulai merasa banyak kemiripan di antara mereka.
Kesan negatif saling dilontarkan.
Yang satu merasa yang lain terlalu suci.
Yang satu merasa yang lain terlalu duniawi.
Tapi sebatas protes, komentar, bahkan kritik tak mendasar.
Memilih bersikap skeptis satu sama lain.
Berada di tengah bukan berarti menjadi pihak abu-abu.
Tapi mengikut salah satu pun tidak lantas membuatnya menjadi putih ataupun hitam.
Ingin melihat hati yang tulus. Yang mau membantu bukan malah membiarkan.
Apa indahnya melihat orang jatuh, sekalipun kita ada di atas?
Mana uluran tangan yang sudah dinikmati? Bukankah seharusnya kita menawarkannya pada orang lain?
Mana gambaran Tuhan yang harusnya terlihat itu?
Apakah ini tentang tingkatan? Apakah semuanya tentang rasa nyaman?
Apa nyamannya melihat bagian lain runtuh dan hancur begitu saja?
APAKAH AKU, KAMU, KITA, SUDAH LEBIH BAIK DARI MEREKA?
Dibantu, bukan dijauhi.
Ditolong, bukan direndahkan.
Diajak, bukan ditinggalkan.
Perhatian, bukan sikap skeptis.
Jangan jadikan doa sebagai senjata terakhir.
Pertolongan dari awal harus disertai doa.
Ayolah, melayani dengan dasar pelayanan, bukan pekerjaan.
Ajari aku. Kalau memang aku bersalah.
Marahi aku kalau memang aku salah.
Tapi sertakan jalan keluar.
buat aku, kita, dan mereka.
-Seseorang yang merindukan senyuman Tuhan